Cargam – Puluhan kopiah keranjang nampak disusun rapi diatas meja yang beralas terpal plastik berwarna ungu. Di dekatnya, nampak seorang pembeli yang asik mencoba satu per satu kopiah keranjang khas Gorontalo. Tampak pula Dido Harmain, salah seorang pedagang kopiah keranjang ini juga menunggu respon dari calon pembeli tersebut.
Kopiah keranjang tak lain merupakan salah satu kerajinan khas Gorontalo dan sering dijadikan sebagai oleh-oleh khas Gorontalo oleh para wisatawan. Keberadaan kopiah keranjang ini kian redup seiring dengan perkembangan zaman. Namun, masih sempat dilirik saat Presiden ke 4 RI, almarhum Abdulrahman Wahid alias Gus Dur menggunakannya. Setelah itu, hanya sedikit yang mencarinya, bahkan para pedagang kopiah ini pun mulai sulit ditemui.
Kerajinan ini sendiri terbuat dari anyaman rotan halus, dirangkai menjadi bentuk-bentuk penutup kepala khusus untuk laki-lagi. Ada yang berbentuk persegi panjang, atau nyaris sama seperti peci yang sudah menjadi mahkota Presiden RI pertama, Soekarno. Ada juga yang dibentuk bundar.
Salah satu pedagang kopiah yang masih bertahan yakni Dido Harmain (61) warga Pilohayanga Kabupaten Gorontalo, yang telah bertahan selama 30 tahun lamanya. Dulunya, pak Dido begitu bapak ini disapa, hanya berdagang kopiah keranjang saja, namun lambat laut dirinya mencoba untuk menjual barang lain, seperti kain karawo. “Dulu masih banyak yang cari, sekarang tinggal sedikit saja yang mau beli,” ujar Dido Harmain.
Bahkan menurutnya, untuk menjual beberapa buah kopiah keranjang kini sudah sangat sulit. Hal tersebut juga berimbas pada perekonomian keluarga, bahkan salah satu anaknya terpaksa putus sekolah karena himpitan ekonomi.Meskipun demikian, Dido Harmain tetap berkeras untuk menjajakan kopiah keranjang ini.
Dirinya menjual dua jenis kopiah, yang bentuk persegi dan bundar. Dengan ukuran, 6, 7 dan 9. Untuk harga sendiri cukup terjangkau, untuk kopiah berbentuk panjang Rp 60 Ribu saja, dan untuk kopiah bundar dihargai Rp 35 Ribu. Hal tersebut menurut Dido dihargai sesuai dengan tingkat kesulitan dan bahan baku yang digunakan. (gp/guol)
Sumber: https://sarondenews.wordpress.com/2015/01/09/kopiah-keranjang-khas-gorontalo-yang-mulai-terlupakan/
Kopiah keranjang tak lain merupakan salah satu kerajinan khas Gorontalo dan sering dijadikan sebagai oleh-oleh khas Gorontalo oleh para wisatawan. Keberadaan kopiah keranjang ini kian redup seiring dengan perkembangan zaman. Namun, masih sempat dilirik saat Presiden ke 4 RI, almarhum Abdulrahman Wahid alias Gus Dur menggunakannya. Setelah itu, hanya sedikit yang mencarinya, bahkan para pedagang kopiah ini pun mulai sulit ditemui.
Kerajinan ini sendiri terbuat dari anyaman rotan halus, dirangkai menjadi bentuk-bentuk penutup kepala khusus untuk laki-lagi. Ada yang berbentuk persegi panjang, atau nyaris sama seperti peci yang sudah menjadi mahkota Presiden RI pertama, Soekarno. Ada juga yang dibentuk bundar.
Salah satu pedagang kopiah yang masih bertahan yakni Dido Harmain (61) warga Pilohayanga Kabupaten Gorontalo, yang telah bertahan selama 30 tahun lamanya. Dulunya, pak Dido begitu bapak ini disapa, hanya berdagang kopiah keranjang saja, namun lambat laut dirinya mencoba untuk menjual barang lain, seperti kain karawo. “Dulu masih banyak yang cari, sekarang tinggal sedikit saja yang mau beli,” ujar Dido Harmain.
Bahkan menurutnya, untuk menjual beberapa buah kopiah keranjang kini sudah sangat sulit. Hal tersebut juga berimbas pada perekonomian keluarga, bahkan salah satu anaknya terpaksa putus sekolah karena himpitan ekonomi.Meskipun demikian, Dido Harmain tetap berkeras untuk menjajakan kopiah keranjang ini.
Dirinya menjual dua jenis kopiah, yang bentuk persegi dan bundar. Dengan ukuran, 6, 7 dan 9. Untuk harga sendiri cukup terjangkau, untuk kopiah berbentuk panjang Rp 60 Ribu saja, dan untuk kopiah bundar dihargai Rp 35 Ribu. Hal tersebut menurut Dido dihargai sesuai dengan tingkat kesulitan dan bahan baku yang digunakan. (gp/guol)
Sumber: https://sarondenews.wordpress.com/2015/01/09/kopiah-keranjang-khas-gorontalo-yang-mulai-terlupakan/
Komentar
Posting Komentar